R |
ibuan
peserta mengikuti Uji Kompetensi Massal yang diselenggarakan Direktorat Pembinaan
Kursus dan Pelatihan Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia bekerja sama dengan Pemerintah Kota Solo
di Gelora Bung Karno,GOR Manahan, Sabtu (15/10).
Pada
Uji Kompetensi Massal ini sebanyak 14 kompetensi diujikan yakni komputer, tata
busana, sekretaris, akuntansi, bahsa Inggris, perhotelan , broadcast, refleksi,
baby sitter, kecantikan rambut, tata rias pengantin, kecantikan kulit,
elektronika dan senam.Hadir menteri pendidikan dan kebudayaan Muhadjir Effendi
membuka Uji Kompetensi Massal yang baru pertama kali diadakan di Indonesia ini.
Untuk
Uji Kompetensi Refleksi,pihak Kementrian menggandeng Nakamura yang selama ini
memang fokus pada keahlian pijat refleksi. Nakamura menyiapkan 25 bed untuk 75 peserta ujian khusus untuk tingkat
keahlian level dua ini. Setiap peserta mengikuti ujian berupa ujian praktik
,teori dan lisan . “Peserta diharapkan mampu mengerti SKKNI (Standard Kompetensi
Kerja Nasional Indonesia) yang tidak hanya memahami teori namun sangat perlu
mempelajari praktek seperti anatomi tubuh, fungsi dan indikasi dar ititik
–titik refleksi “,tutur Direktur Nakamura ,Gus Minging.
Khusus
untuk Nakamura ,peserta mengerjkan sebanyak 100 soal teori yang dikerjakan
peserta dilanjutkan dengan ujian praktek . Dalam ujian kompetensi ini penguji
didatangkan secara langsung dari tim assessor
nasional di Indonesia.”Tim penguji datang dari Lembga Sertifikasi Kompetensi
Pijat Refleksi Indonesia dan terdapat juga perwakilan dari AP3I (Asosiasi Para
Pemijat Pengobat Indonesia) untuk membantu kelancaran uji kompetensi
ini”,ungkap Gus Minging.
Dalam
uji kompetensi ini peserta diperbolehkan membawa pasiennya sendiri,Gus Minging
menjelaskan bahwa di level dua ini pasien yang dipakai tidak mempunyai kasus
atau penyakit tertentu .Berbeda dengan peserta di level tiga atau empat yang
mempunyai pasien dengan permasalahan sendi atau kesehatan.
Gus
Minging menjelaskan bahwa uji kompetensi ini mempunyai harapan agar pekerjaan
sebagai seorang terapis tidal lagi disepelekan atau dipandang sebelah mata
,namun menjadi profesi masa depan yang cukup menjajikan.